JAMBI - Banyak cara untuk mengirim doa kepada orang tua dan para leluhur yang sudah meninggal. Dari mengadakan selamatan hingga mengirimkan sesaji berupa sembako dan makanan. Dengan harapan bisa selamat dari siksaan api neraka. Seperti ritual ulambana yang dilakukan umat budha ini. Bagaimana prosesinya?
Minggu malam (06/9), suasana di Cetiya Oenang Hermawan, di Jalan Makalam, No. 10A, RT 18, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, terlihat berbeda dibanding hari biasanya. Cetiya Oenang Hermawan merupakan tempat peribadatan bagi umat Buddha yang hari itu dipenuhi berbagai sesajian. Dari buahan - buahan, sembako, warna-warni hiasan makanan yang ada, menambah semarak ritual tersebut.
Ulambana juga dikenal masyarakat sebagai perayaan Jit Gwe Pwa (tanggal15, bulan 7), dimana pada hari tersebut, bahwa diyakini umat, pintu alam bakan akan dibuka dimana semua mahluk yang ada akan bebas pada hari tersebut untuk kembali kerumah mereka.
Ritual yang diikuti sekitar puluhan umat, diawali dengan peletakan sesajian didepan altar sang Budha. sesaji yang terkumpul, dijadikan satu tempat, yakni berada dalam ruang Bhakti Sala "Untuk dipersembahkan kepada para leluhur” terang pengurus Citiya.
Setelah sesajian terkumpul, ritual dipimpin oleh Bhante Kunlawong Phrawattana dan Sriwaeom Phramaha Asdamayut, diawali dengan pembacaan sutra-sutra suci. "Pembacaan sutra-sutra bagi kami ibarat pengiriman doa," terang Bhante Asdamayut. Pembacaan yang dimaksudkan, untuk mendoakan leluhur yang meninggal dan terlahir kembali. (ROM)
Minggu malam (06/9), suasana di Cetiya Oenang Hermawan, di Jalan Makalam, No. 10A, RT 18, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, terlihat berbeda dibanding hari biasanya. Cetiya Oenang Hermawan merupakan tempat peribadatan bagi umat Buddha yang hari itu dipenuhi berbagai sesajian. Dari buahan - buahan, sembako, warna-warni hiasan makanan yang ada, menambah semarak ritual tersebut.
Ulambana juga dikenal masyarakat sebagai perayaan Jit Gwe Pwa (tanggal15, bulan 7), dimana pada hari tersebut, bahwa diyakini umat, pintu alam bakan akan dibuka dimana semua mahluk yang ada akan bebas pada hari tersebut untuk kembali kerumah mereka.
Ritual yang diikuti sekitar puluhan umat, diawali dengan peletakan sesajian didepan altar sang Budha. sesaji yang terkumpul, dijadikan satu tempat, yakni berada dalam ruang Bhakti Sala "Untuk dipersembahkan kepada para leluhur” terang pengurus Citiya.
Setelah sesajian terkumpul, ritual dipimpin oleh Bhante Kunlawong Phrawattana dan Sriwaeom Phramaha Asdamayut, diawali dengan pembacaan sutra-sutra suci. "Pembacaan sutra-sutra bagi kami ibarat pengiriman doa," terang Bhante Asdamayut. Pembacaan yang dimaksudkan, untuk mendoakan leluhur yang meninggal dan terlahir kembali. (ROM)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar