JAMBI, ayojambi.com - Kathina sudah datang, Khatina merupakan hari besar bagi agama Buddha yang telah ada sejak ribuan tahun silam, menjelang kedatang hari Khatina, para umat Buddha pun mulai disibukan dengan persiapan perayaan ”Hari Sangha” ini.
Tahun ini perayaan hari Khatina di Cetiya Oenang Hermawan, dirayakan pada hari Minggu (01/11), bertempat di Jalan Makalam, No. 18A, Rt. 18, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, dipimpin delapan orang Bhikksu asal Thailand.
Khatina kali ini, dipimpin oleh Bhikku Sangha Agung, Phra Maha Asdayuth, Phra Prasert Churat, Phra Wayo Polprasert, Phra Khusang Kharaksamai, Phra Chan Chai Dasurin, Phra Chaisahana Nethichai, Phra Bunchaeng dan yang terakhir Phra Wattana.
Asal muasal perayaan hari Khatina adalah:
Kathina diadakan setelah para Bhikkhu menyelesaikan masa Vassa selama 3 (tiga) bulan. Vassa (baca: wasa red) disini merujuk pada musim dimana pada musim tersebut para Bhikkhu Sangha tidak diperkenankan keluar vihara seperti hari-hari biasa. Para bhikkhu, yang tinggal disuatu tempat dimana mereka bertekad untuk ber Vassa selama tiga bulan, harus menentukan tempat itu sebagai tempat tinggal selama Vassa.
Vassa dihitung dari perhitungan bulan dan matahari yang biasanya jatuh pada hari setelah bulan purnama dibulan ke-7. Ketika masa Vassa belum ditetapkan oleh Sang Buddha sebagai suatu peraturan kebhikkhuan, para bhikkhu pada waktu itu selalu mengadakan perjalanan jauh selama musim dingin, hujan dan panas.
Sekitar tahun ke-4 setelah Pencerahan Sempurna, ketika Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana di kota Savatthi, ibu kota kerajaan Kosala, sekelompok bhikkhu dengan jubah mereka yang sudah usang menemui Beliau setelah masa Vassa berlalu. Sang Buddha menyadari hal ini. Dan saat itu Maha Upasika Visakha yang melihat para bhikkhu tersebut, mengajukan permohonan kepada Sang Buddha untuk memberikan jubah baru bagi mereka. Sang Buddha pun mengabulkannya. Sejak saat itulah Sang Buddha mengijinkan para bhikkhu untuk mencari bahkan menerima jubah dari para umat selama satu bulan penuh pada pertengahan bulan ke-10 (Assyuja) sampai pertengahan bulan ke-11 (Kattika). Selama satu bulan inilah disebut dengan masa Kathina.
Hari Kathina merupakan suatu kesempatan baik bagi umat Buddha untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasih kepada Bhikkhu Sangha atas bimbingan Dhamma yang diberikan oleh mereka. Hari Kathina juga merupakan suatu momentum yang baik bagi umat Buddha atau siapa saja untuk melakukan kebajikan dengan berdana kepada Sangha, kebajikan tersebut merupakan ladang yang subur untuk menabur perbuatan baik. Pada Hari Kathina ini para umat bisa memberikan dana berupa: 1. civara (jubah) 2. ahara (makanan) 3. sena-sana (tempat tinggal) dan 4. besajja (obat-obatan).
Acara sebagai berikut :
1. Genta dibunyikan
2. Bhikku sangha memasuki Dharmasala dengan umat beranjali
3. Penyalaan lilin dan Dupa oleh Bhikku Sangha
4. Namakaragata oleh Romo Pandita
5. Permohonan Aradana Tisarana Pancasila oleh Romo Pandita
6. Puja pembacaan parita oleh Romo Pandita, Vandana, Buddha, Dhamma, Sangha
Nussati, Sacca Kriya Gatta, Karaniya Metta Sutta
7. Meditasi dipimpin oleh Bhikku Sangha
8. Aradana Dhamma Desana oleh Romo Pandita
9. Pembacaan Kathina Gattha dan terjemahannya dipimpin oleh Romo Pandita
10. Persembahan Dana Kathina kepada Bhikku Sangha
11. Anumodana oleh Bhikku Sangha dan umat pelimpahan jasa dari perwakilan
12. Blessing ( pemercikan air tirta/parita)
13. Ettavata
14. Namakara Gatha
15. Bhikku Sangha meninggalkan Dharma Sala. (RM)
Tahun ini perayaan hari Khatina di Cetiya Oenang Hermawan, dirayakan pada hari Minggu (01/11), bertempat di Jalan Makalam, No. 18A, Rt. 18, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, dipimpin delapan orang Bhikksu asal Thailand.
Khatina kali ini, dipimpin oleh Bhikku Sangha Agung, Phra Maha Asdayuth, Phra Prasert Churat, Phra Wayo Polprasert, Phra Khusang Kharaksamai, Phra Chan Chai Dasurin, Phra Chaisahana Nethichai, Phra Bunchaeng dan yang terakhir Phra Wattana.
Asal muasal perayaan hari Khatina adalah:
Kathina diadakan setelah para Bhikkhu menyelesaikan masa Vassa selama 3 (tiga) bulan. Vassa (baca: wasa red) disini merujuk pada musim dimana pada musim tersebut para Bhikkhu Sangha tidak diperkenankan keluar vihara seperti hari-hari biasa. Para bhikkhu, yang tinggal disuatu tempat dimana mereka bertekad untuk ber Vassa selama tiga bulan, harus menentukan tempat itu sebagai tempat tinggal selama Vassa.
Vassa dihitung dari perhitungan bulan dan matahari yang biasanya jatuh pada hari setelah bulan purnama dibulan ke-7. Ketika masa Vassa belum ditetapkan oleh Sang Buddha sebagai suatu peraturan kebhikkhuan, para bhikkhu pada waktu itu selalu mengadakan perjalanan jauh selama musim dingin, hujan dan panas.
Sekitar tahun ke-4 setelah Pencerahan Sempurna, ketika Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana di kota Savatthi, ibu kota kerajaan Kosala, sekelompok bhikkhu dengan jubah mereka yang sudah usang menemui Beliau setelah masa Vassa berlalu. Sang Buddha menyadari hal ini. Dan saat itu Maha Upasika Visakha yang melihat para bhikkhu tersebut, mengajukan permohonan kepada Sang Buddha untuk memberikan jubah baru bagi mereka. Sang Buddha pun mengabulkannya. Sejak saat itulah Sang Buddha mengijinkan para bhikkhu untuk mencari bahkan menerima jubah dari para umat selama satu bulan penuh pada pertengahan bulan ke-10 (Assyuja) sampai pertengahan bulan ke-11 (Kattika). Selama satu bulan inilah disebut dengan masa Kathina.
Hari Kathina merupakan suatu kesempatan baik bagi umat Buddha untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasih kepada Bhikkhu Sangha atas bimbingan Dhamma yang diberikan oleh mereka. Hari Kathina juga merupakan suatu momentum yang baik bagi umat Buddha atau siapa saja untuk melakukan kebajikan dengan berdana kepada Sangha, kebajikan tersebut merupakan ladang yang subur untuk menabur perbuatan baik. Pada Hari Kathina ini para umat bisa memberikan dana berupa: 1. civara (jubah) 2. ahara (makanan) 3. sena-sana (tempat tinggal) dan 4. besajja (obat-obatan).
Acara sebagai berikut :
1. Genta dibunyikan
2. Bhikku sangha memasuki Dharmasala dengan umat beranjali
3. Penyalaan lilin dan Dupa oleh Bhikku Sangha
4. Namakaragata oleh Romo Pandita
5. Permohonan Aradana Tisarana Pancasila oleh Romo Pandita
6. Puja pembacaan parita oleh Romo Pandita, Vandana, Buddha, Dhamma, Sangha
Nussati, Sacca Kriya Gatta, Karaniya Metta Sutta
7. Meditasi dipimpin oleh Bhikku Sangha
8. Aradana Dhamma Desana oleh Romo Pandita
9. Pembacaan Kathina Gattha dan terjemahannya dipimpin oleh Romo Pandita
10. Persembahan Dana Kathina kepada Bhikku Sangha
11. Anumodana oleh Bhikku Sangha dan umat pelimpahan jasa dari perwakilan
12. Blessing ( pemercikan air tirta/parita)
13. Ettavata
14. Namakara Gatha
15. Bhikku Sangha meninggalkan Dharma Sala. (RM)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar