expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 29 Mei 2011

17 Bhiksu Thailand Berjalan Kaki Keliling Kota Jambi

JAMBI – Sebanyak 17 Bhiksu asal negara Gajah Putih (Thailand), Minggu (29/5-2011) pagi iring-iringan kaki tanpa menggunakan alas kaki, ketujuh belas bhikku yang memakai jubah warna cokelat, diikuti puluhan pemuda-pemudi berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.

Di atas jalan aspal yang kasar dan teriknya sinar matahari untuk ditapaki dengan kaki telanjang, namun terlihat wajah sabar terpancar dari para bhikku berjalan menyusur jalan sambil menenteng patta, sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng kardus.
Dalam pindapatta di Kota Jambi ini, para bhikku hanya membawa patta yang dalam bahasa Pali (India,red) berarti mangkuk, mereka menyusuri jalan-jalan untuk mendapat dharma berupa makanan dari umat. Sepanjang jalan, umat memberikan beraneka ragam keperluan makan ke pada bhikku yang telah melepas 'hidup' nya karena melayani umat.

Penganut agama Buddha dari Thailand ini sedang melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.

"Tradisi tersebut merupakan sebuah kewajiban karena berbuat kebaikan," ucap Bhiksu Phra Kamsai Pomsiri yang berasal dari Thailand.

Sejak pagi hari, puluhan umat yang berbaris di halaman Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mereka telah berdatangan sejak pukul 07.00 di Maha Cetiya Oenang Hermawan untuk berdana kepada bhikkhu sangha agung.

Seperti yang dilakukan Desi, warga Cempaka Putih Jelutung, bersama keluarganya wanita ini memberikan makanan kepada rombongan bhiksu ini. Dengan senyum Dirinya memasukkan makanan tersebut ke dalam mangkuk logam yang dibawa bhiksu yang lewat depan rumahnya. "Berdharma, terserah mau memberikan apa," kata Desi.

Di sepanjang jalan yang dilalui para bhikku tersebut, umat Buddha yang mengetahui segera menyiapkan makanan dan uang untuk berdharma. Seperti di Pasar Hongkong, pagi itu umat yang tahu segera berbaris di pinggir untuk menunggu lewatnya rombongan.

Dalam penjelasannya, Bhiksu Kamsai mengatakan bahwa untuk berdharma sebaiknya memberikan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Hidup bhiksu disokong dari umat, di sana terdapat catu pacaya atau empat kebutuhan yang harus disokong yaitu, jubah, makanan, obat, serta tempat tinggal." jelasnya.

Ujar salah seorang pengurus Cetiya, Darma Pawarta Oenang (Hasan), bahwa di Jambi ini masih belum banyak yang tahu mengenai hal itu. Pradit Arinchayo yang dalam bahasa asing mengatakan sebenarnya di Thailand tradisi Buddhis ini dilakukan setiap hari oleh penduduk. "Ini adalah kewajiban harian, di Thailand setiap pagi umat melakukannya," kata Bhiksu Kamsai dalam bahasa Thailand.

Di negara Thailand terdapat ribuan umat Buddha yang melakukan tradisi itu sejak lama. Di sana bhikku hidup tergantung dari dharmanya umat. Pindapatta yang dilakukan pagi tadi menempuh rute dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Kampung Manggis mengitari Jelutung, Pasar Hong Kong, Jalan Gatsu (Gatot Subroto, Jalan Veteran, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Mr. M. Roem, Jalan Sam Ratulangi ke arah pasar buah, kemudian masuk kawasan Mandala dan akhirnya kembali ke Cetiya Oenang Hermawan. (rom-yul)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar