JAMBI – Sebanyak 14 Bhiksu asal negara Gajah Putih (Thailand), Minggu lalu (3/6) iring-iringan jalan kaki tanpa menggenakan alas kaki, keempat belas bhikku yang memakai jubah berwarna cokelat tua tersebut diikuti puluhan muda mudi buddhis berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.
Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan dibawah teriknya sinar matahari dengan kaki telanjang, namun terlihat wajah sabar terpancar dari para bhikku berjalan menyusur jalan sambil menenteng patta (sejenis mangkok), sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng kotak kardus.
Dalam pindapatta di Kota Jambi ini, para bhikku hanya membawa patta yang dalam bahasa Pali (India,red) berarti mangkok, mereka menyusuri jalan-jalan untuk mendapat dharma berupa makanan dari umat. Sepanjang jalan, umat memberikan beraneka ragam keperluan kepada bhikku yang telah melepas 'hidup' nya karena melayani umat.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini sedang melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
"Tradisi ini merupakan sebuah kewajiban karena berbuat kebaikan," ucap Bhiksu Phra Kamsai Pomsiri yang berasal dari Thailand.
Sejak pagi hari, puluhan umat yang berbaris di halaman Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mereka telah berdatangan sejak pukul 07.00 di Maha Cetiya Oenang Hermawan untuk berdana kepada bhikkhu sangha agung.
Di sepanjang jalan yang dilalui para bhikku tersebut, umat Buddha yang mengetahui segera menyiapkan makanan dan uang untuk berdharma. Seperti di Pasar Hongkong, pagi itu umat yang tahu segera berbaris di pinggir untuk menunggu lewatnya rombongan.
Dalam penjelasannya, Bhiksu Kamsai mengatakan bahwa untuk berdharma sebaiknya memberikan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Hidup bhiksu disokong dari umat, di sana terdapat catu pacaya atau empat kebutuhan yang harus disokong yaitu, jubah, makanan, obat, serta tempat tinggal." jelasnya.
Di negara Thailand terdapat ribuan umat Buddha yang melakukan tradisi itu sejak lama. Di sana bhikku hidup tergantung dari dharmanya umat. Pindapatta yang dilakukan pagi tadi menempuh rute dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Kampung Manggis mengitari Jelutung, Pasar Hong Kong, Jalan Gatsu (Gatot Subroto, Jalan Veteran, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Mr. M. Roem, Jalan Sam Ratulangi ke arah pasar buah, kemudian masuk kawasan Mandala dan akhirnya kembali ke Cetiya Oenang Hermawan. (yuli-eric)
Dalam pindapatta di Kota Jambi ini, para bhikku hanya membawa patta yang dalam bahasa Pali (India,red) berarti mangkok, mereka menyusuri jalan-jalan untuk mendapat dharma berupa makanan dari umat. Sepanjang jalan, umat memberikan beraneka ragam keperluan kepada bhikku yang telah melepas 'hidup' nya karena melayani umat.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini sedang melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
"Tradisi ini merupakan sebuah kewajiban karena berbuat kebaikan," ucap Bhiksu Phra Kamsai Pomsiri yang berasal dari Thailand.
Sejak pagi hari, puluhan umat yang berbaris di halaman Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mereka telah berdatangan sejak pukul 07.00 di Maha Cetiya Oenang Hermawan untuk berdana kepada bhikkhu sangha agung.
Di sepanjang jalan yang dilalui para bhikku tersebut, umat Buddha yang mengetahui segera menyiapkan makanan dan uang untuk berdharma. Seperti di Pasar Hongkong, pagi itu umat yang tahu segera berbaris di pinggir untuk menunggu lewatnya rombongan.
Dalam penjelasannya, Bhiksu Kamsai mengatakan bahwa untuk berdharma sebaiknya memberikan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Hidup bhiksu disokong dari umat, di sana terdapat catu pacaya atau empat kebutuhan yang harus disokong yaitu, jubah, makanan, obat, serta tempat tinggal." jelasnya.
Di negara Thailand terdapat ribuan umat Buddha yang melakukan tradisi itu sejak lama. Di sana bhikku hidup tergantung dari dharmanya umat. Pindapatta yang dilakukan pagi tadi menempuh rute dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Kampung Manggis mengitari Jelutung, Pasar Hong Kong, Jalan Gatsu (Gatot Subroto, Jalan Veteran, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Mr. M. Roem, Jalan Sam Ratulangi ke arah pasar buah, kemudian masuk kawasan Mandala dan akhirnya kembali ke Cetiya Oenang Hermawan. (yuli-eric)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar